Huruf kapital (huruf besar) dipakai sebagai huruf pertama dalam:
Petikan langsung. Contoh: Andi berkata, "Lihat Bu, apa yang telah saya buat di sekolah"
Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh: - Sejauh mana Anda sudah mengenal Alkitab? - Ia mengasihi umat-Nya sedemikian rupa, sehingga Ia rela mengorbankan nyawa-Nya untuk mereka.
Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Rasul Paulus, Nabi Musa, Raden Ajeng Kartini dan sebagainya.
Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Presiden Megawati, Wakil Presiden Hamzah Haz, Sekretaris Jendral Pertanian, Gubernur Irian Jaya, dan sebagainya.
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Inggris, dan sebagainya.
Nama hari, bulan, tahun, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: hari Senin, bulan Agustus, tahun Hijriah, hari Natal, Perang Padri, dan sebagainya.
Nama geografi. Contoh: Asia Tenggara, Bukit Barisan, Jalan Diponegoro, dan sebagainya.
Semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Contoh: Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, dan sebagainya.
Semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Ia telah menyelesaikan Asas-Asas Hukum Perdata.
Unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Contoh: Dr. (doktor), S.S. (sarjana sastra), Prof. (profesor), dan sebagainya.
Kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Contoh: - Surat Saudara sudah saya terima. - Besok Paman akan datang.
Kata ganti Anda. Contoh: Jangan menaruh barang-barang Anda di meja ini.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia."
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku "Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat".
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman lima buku itu.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang memunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan "cutbray".
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, "Saya juga minta satu."
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Bang Komar sering disebut "pahlawan", ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Tanda Petik Tunggal (`...`)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi `kring-kring` tadi?" "Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, `Ibu, Bapak pulang`, dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Bapak Hamdan.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Paragraf Deskripsi Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan.
Contoh : keadaan banjir, suasana di pasar
Menandai Ciri-ciri Paragraf Deskripsi
Bacalah dua kutipan di bawah ini!
KUTIPAN 1
Malam itu, indah sekali. Di langit, bintang – bintang berkelip – kelip memancarkan cahaya. Hawa dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik, burung malam, dan kelelawar mengusik sepinya malam. Angin berhembus pelan dan tenang.
KUTIPAN 2
Kamar itu, menurut penglihatan saya, sangatlah besar dan bagus. Sebuah tempat tidur besi besar dengan kasur, bantal, guling, dan kelambu yang serba putih, berenda dan berbunga putih, berada di kamar dekat dinding sebelah utara. Kemudian, satu cermin oval besar tergantung di dinding selatan. Di kamar itu juga ada lemari pakaian yang amat besar terbuat dari kayu jati. Lemari kokoh itu tepat berada di samping pintu kamar
Kedua kutipan tersebut adalah contoh paragraf deskripsi. Paragraf deskripsi mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu bertujuan untuk melukiskan suatu objek.
Menulis eksposisi sangat besar manfaatnya. Mengapa? Sebagian besar masyarakat menyadari pentingnya sebuah informasi.
EKSPOSISI
Eksposisi merupakan sebuah paparan atau penjelasan.
Jika ada paragraf yang menjawab pertanyaan apakah itu? Dari mana asalnya? Paragraf tersebut merupakan sebuah paragraf eksposisi. Eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Contoh : laporan
Dalam paragraf eksposisi, ada beberapa jenis pengembangan, yaitu (1) eksposisi definisi, (2) eksposisi proses, (3) eksposisi klasifikasi, (4) eksposisi ilustrasi (contoh), (5) eksposisi perbandingan & pertentangan, dan (6) eksposisi laporan.
Mengenali Contoh-contoh Paragraf Eksposisi
PARAGRAF 1
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
PARAGRAF 2
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.
PARAGRAF 3
Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan di balik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.
Topik – topik yang Dapat Dikembangkan Menjadi Paragraf Eksposisi
Tujuan paragraf eksposisi adalah memaparkan atau menjelaskan sesuatu agar pengetahuan pembaca bertambah. Oleh karena itu, topik-topik yang dikembangkan dalam paragraf eksposisi berkaitan dengan penyampaian informasi. Berikut ini contoh – contoh topik yang dapat dikembangkan menjadi sebuah paragraf eksposisi.
Manfaat menjadi orang kreatif
Bagaimana proses penyaluran bantuan langsung?
Konsep bantuan langsung tunai.
Faktor – faktor penyebab mewabahnya penyakit flu burung. Argumentasi
Karangan Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu.
Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
Dalam paragraf argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenali. Ciri- ciri tersebut misalnya (1) ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya; (2) alasan, data, atau fakta yang mendukung; (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan.
Pada akhir paragraf atau karangan, perlu disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari eksposisi.
Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah.Amin benar-benar pemain bola jempolan (Tarigan 1981 : 28).
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan cara menjaga kesuburannya, dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain :
melontarkan pandangan / pendirian
mendorong atau mencegah suatu tindakan
mengubah tingkah laku pembaca
menarik simpati
Contoh : laporan penelitian ilmiah, karya tulis
Narasi
Karangan narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik. Paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama.
Perhatikan contoh berikut!
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat ke leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya Marta.
Paragraf naratif disusun dengan merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis. Tujuannya, pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan.
Contoh : novel, cerpen, drama
Paragraf narasi dibedakan atas dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Paragraf narasi ekspositoris berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat.
Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Ahmad, sang pengantin….
Persuasi Paragraf Persuasi merupakan paragraf yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu, biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca.
Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi.
Contoh : (1) propaganda kelompok / golongan, kampanye, (2) iklan dalam media massa, (2) selebaran, dsb.
karangan yang bertujuan mempengaruhi dan membujuk pembaca
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis. Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan nasional.
Hari ini, Jumat 26 Maret 2010 telah dibagi raport Ulangan Blog 1 Semester 2. Satu langkah lagi telah terlewati untuk menuju ke kesuksesan. Jaga semangat belajar mu!
Unsur- Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Tema cerita 2. Alur cerita 3. Penokohan 4. Latar cerita 5. Sudut pandang 6. Gaya bahasa
1. Tema cerita Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
2. Alur Cerita Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat.
3. Penokohan Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
4. Latar Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar Tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu c. Latar Sosial Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
5. Sudut Pandang Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak seorang pun)? 2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti-ganti)? 3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)? 4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)? Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama. a. Sudut pandang persona ketiga : ”Dia” Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja. 1) ”Dia” mahatahu Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata. 2) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamat Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
b. Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku” Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut. 1) ”Aku” tokoh utama Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central). 2) ”Aku” tokoh tambahan Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
6. Gaya Bahasa dan Nada Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.
Selasa, 16 Februari 2010
Idiom / Ungkapan dan Peribahasa dalam Bahasa Indonesia
Idiom
Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru di mana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh idiom dengan artinya :
Cuci mata = cari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah
kambing hitam = orang yang menjadi pelimpahan suatu kesalahan yang tidak dilakukannya
jago merah = api dalam kebakaran
ringan tangan = kasar atau suka melakukan tindak kekerasan
2. Peribahasa
Peri bahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa dengan artinya :
Di mana bumi dipijak di sana langit di junjung artinya : jika kita pergi ke tempat lain kita harus menyesuaikan, menghormati dan toleransi dengan budaya setempat.
Tiada rotan akar pun jadiartinya : tidak ada yang bagus pun yang jelek juga tidak apa-apa.
Buah yang manis biasanya berulat artinya : kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan.
Tak ada gading yang tak akan retak artinya : Tidak ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya
No
Peribahasa Indonesia
Arti
1
ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang
5
Dimana kita tinggal, disitulah kita mendapat rezeki
2
sudah jadi abu arang
13
Hendaklah kita menurut adat istiadat yang kita tempati
3
ketika ada sama dimakan, waktu tak ada sama ditahan
6
Orang yang selalu menurut apa yang diperintahkan tetapi dalam hatinya tetap menyangkal dan melawan
4
air tenang menghanyutkan
7
Mengerjakan seseuatu yang sia – sia saja
5
Ada air ada ikan
9
Menyuruh atau melepas dengan setengah hati
6
Badan dapat dimiliki, hati tak dapat dimiliki
11
Orang yang baik budi dan tingkah lakunya, walau ia sudah mati namanya tetap disebut orang
7
Menegakkan benang basah
12
Seseorang yang telah mendapat kesenangan dan berbahagiaan, lupa ia akan asalnya dan kepada sahabat kenalannya
8
Jangan bercermin air keruh
3
sama-sama berbahagia dan sama-sama menderita
9
Dilepas tapi dipegang ekor
15
Menunggu belas kasihan orang
10
Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang juga
1
maunya enak sendiri
11
Harimau mati meninggalkan belang,gajah mati meninggalkan gading,manusia mati meninggalkan nama
14
Perkataan yang tajam itu lebih pedih rasanya daripada kena pisau belat
12
Hati panas lupalah kacang akan kulitnya
19
ada maksud tertentu
13
Dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung
16
Kasih ibu tiada hingganya, tapi kasih anak terbatas, kadang-kadang tak ada sama sekali
14
Setajam – tajam parang , tajam juga mulut orang
4
orang pendiam biasanya banyak ilmu
15
Kasihan Ombak, maka mandi
17
Dalam keadaan yang berbahaya, jiwa terancam
16
Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggala
18
Perselisihan antara saudar sendiri, mudah berbaik kembali, Tetapi persengketaan dengan orang lain sukar untuk diselesaikan
17
Jiwa Bergantung diujung rambut
20
Orang yang tidak tetap pendiriannya
18
Putus benang dapat dihubung, putus arang susah sekali
G Em Jika ada yang bilang ku lupa kau C G Jangan kau dengar G Em Jika ada yang bilang ku tak setia C G Jangan kau dengar
D Em Banyak cinta yang datang mendekat C G Ku menolak D Em C Semua itu karena ku cinta kau
G Em Jika ada yang bilang ku tak baik C G Jangan kau dengar G Em Jika ada yang bilang ku berubah C G Jangan kau dengar
D Em Banyak cinta yang datang mendekat C G Ku menolak D Em C D Semua itu karena ku cinta kau.. Kau
Chorus :
G Am Saat kau ingat aku ku ingat kau D G Saat kau rindu aku juga rasa G Am Ku tahu kau slalu ingin denganku D Bm C D Em Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan Am D C Tuhan yang tahu ku cinta kau
G Em Jika kau tak percaya pada ku C G Sakitnya aku G Em Jika kau lebih dengar mereka C G Sedih hatiku D Em Banyak cinta yang datang mendekat C G Ku menolak D Em C D Semua itu karena ku cinta kau.. Kau
Chorus :
G Am Saat kau ingat aku ku ingat kau D G Saat kau rindu aku juga rasa G Am Ku tahu kau slalu ingin denganku D Bm C D Em Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan Am D Tuhan yang tahu ku cinta kau
Interlude: G Em C G 3x G Em C
Chorus :
G Am Saat kau ingat aku ku ingat kau D G Saat kau rindu aku juga rasa G Am Ku tahu kau slalu ingin denganku D G kau tau ku juga ingin denganmu Em Am Ku tahu kau slalu ingin denganku D Bm C D Em Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan Am D C D G Tuhan yang tahu ku cinta kau
Perih-Vierra
Intro : Am Em F G 2x
Am Em F G Am Dirimu tak pernah menyadari Em F G Dm Semua yang telah kau miliki Em F Kau buang aku tinggalkan diriku Dm Em F G Kau hancurkan aku seakan ku tak pernah ada
Reff : F Am G Am Aku kan bertahan meski takkan mungkin F Am G Menerjang kisahnya walau perih Am Walau perih
Interlude : Am Em F G 2x
Am Em F G Am Salahkah aku terlalu cinta Em F G Dm Berharap semua kan kembali Em F Kau buang aku tinggalkan diriku Dm Em F G Kau hancurkan aku seakan ku tak pernah ada
Back to :Reff
Interlude : Am G F 2x C G
F Am G Am Aku kan bertahan meski takkan mungkin F Am G Menerjang kisahnya walau perih F Am G Am Aku kan bertahan meski takkan mungkin F Am G Menerjang kisahnya walau perih Am Em F G Walau perih Walau perih Am Em F G Am Walau perih
>
Lagu dan Kord Gitar “Jika Cinta Dia” Artis “Geisha”
Intro E f# G#m
G#m f# E Terlampau Sering Kau Buat Air Mataku G#m f# E Tak Pernah Kau Tahu Dalamnya Rasa Cintaku E f# Tak Banyak Inginku Jangan Kau Ulangi G#m Menyakiti aku Sesuka Kelakuanmu E f# ku Bukan Manusia Yang Tidak Berfikir C#m Berulang Kali Kau Lakukan itu Padaku
Chorus E f# Jika Cinta Dia Jujurlah Padaku G#m Tinggalkan aku Di Sini Tanpa Senyumanmu E f# Jika Cinta Dia ku Coba Mengerti
G#m f# E Teramat Sering Kau Membuat Patah Hatiku E f# Kau Datang Padanya Tak Pernah Kutahu G#m Kau Tinggalkan aku Disaat ku Butuh Kan Mu E f# Cinta Tak Begini Selama ku Tahu C#m Tetapi ku Lemah Karena Cintaku Padamu
Chorus E f# Jika Cinta Dia Jujurlah Padaku G#m Tinggalkan aku Di Sini Tanpa Senyumanmu E f# Jika Cinta Dia ku Coba Mengerti B Mungkin Kau Bukan Cinta Sejati Di Hidupku
Interlude E f# G#m 2x
Chorus E f# Jika Cinta Dia Jujurlah Padaku G#m Tinggalkan aku Di Sini Tanpa Senyumanmu E f# Jika Cinta Dia ku Coba Mengerti B Mungkin Kau Bukan Cinta Sejati Di Hidupku E f# Jika Cinta Dia ku Coba Mengerti
E f# Jika Cinta Dia Jujurlah Padaku G#m Tinggalkan aku Di Sini Tanpa Senyumanmu E f# Jika Cinta Dia ku Coba Mengerti C#m G#m Mungkin Kau Bukan Cinta Sejati Di Hidupku