Kamis, 18 Februari 2010

Unsur - unsur Intrinsik Cerita

Unsur- Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Tema cerita
2. Alur cerita
3. Penokohan
4. Latar cerita
5. Sudut pandang
6. Gaya bahasa

1. Tema cerita
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya

2. Alur Cerita
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat.

3. Penokohan
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

4. Latar
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.

a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.



b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu
c. Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

5. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak seorang pun)?
2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti-ganti)?
3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?
4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)?
Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama.
a. Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”
Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
1) ”Dia” mahatahu
Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
2) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamat
Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.


b. Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.
1) ”Aku” tokoh utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).
2) ”Aku” tokoh tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah.
Dengan demikian si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.

6. Gaya Bahasa dan Nada
Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.


Selasa, 16 Februari 2010

Idiom / Ungkapan dan Peribahasa dalam Bahasa Indonesia

  1. Idiom

Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru di mana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh idiom dengan artinya :

  • Cuci mata = cari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah
  • kambing hitam = orang yang menjadi pelimpahan suatu kesalahan yang tidak dilakukannya
  • jago merah = api dalam kebakaran
  • ringan tangan = kasar atau suka melakukan tindak kekerasan
2. Peribahasa

Peri bahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa dengan artinya :

  • Di mana bumi dipijak di sana langit di junjung artinya : jika kita pergi ke tempat lain kita harus menyesuaikan, menghormati dan toleransi dengan budaya setempat.
  • Tiada rotan akar pun jadiartinya : tidak ada yang bagus pun yang jelek juga tidak apa-apa.
  • Buah yang manis biasanya berulat artinya : kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan.
  • Tak ada gading yang tak akan retak artinya : Tidak ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya


No

Peribahasa Indonesia


Arti

1

ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang

5

Dimana kita tinggal, disitulah kita mendapat rezeki

2

sudah jadi abu arang

13

Hendaklah kita menurut adat istiadat yang kita tempati

3

ketika ada sama dimakan, waktu tak ada sama ditahan

6

Orang yang selalu menurut apa yang diperintahkan
tetapi dalam hatinya tetap menyangkal dan melawan

4

air tenang menghanyutkan

7

Mengerjakan seseuatu yang sia – sia saja

5

Ada air ada ikan

9

Menyuruh atau melepas dengan setengah hati

6

Badan dapat dimiliki, hati tak dapat dimiliki

11

Orang yang baik budi dan tingkah lakunya, walau ia sudah mati namanya tetap disebut orang

7

Menegakkan benang basah

12

Seseorang yang telah mendapat kesenangan dan berbahagiaan, lupa ia akan asalnya dan kepada
sahabat kenalannya

8

Jangan bercermin air keruh

3

sama-sama berbahagia dan sama-sama menderita

9

Dilepas tapi dipegang ekor

15

Menunggu belas kasihan orang

10

Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang juga

1

maunya enak sendiri

11

Harimau mati meninggalkan belang,gajah mati meninggalkan gading,manusia
mati meninggalkan nama

14

Perkataan yang tajam itu lebih pedih rasanya daripada kena pisau belat

12

Hati panas lupalah kacang akan kulitnya

19

ada maksud tertentu

13

Dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung

16

Kasih ibu tiada hingganya, tapi kasih anak terbatas, kadang-kadang tak ada sama sekali

14

Setajam – tajam parang , tajam juga mulut orang

4

orang pendiam biasanya banyak ilmu

15

Kasihan Ombak, maka mandi

17

Dalam keadaan yang berbahaya, jiwa terancam

16

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggala

18

Perselisihan antara saudar sendiri, mudah berbaik kembali,
Tetapi persengketaan dengan orang lain sukar untuk diselesaikan

17

Jiwa Bergantung diujung rambut

20

Orang yang tidak tetap pendiriannya

18

Putus benang dapat dihubung, putus arang susah sekali

10

Budi baik tak dapat dilupakan selama-lamanya

19

ada udang dibalik batu

8

Jangan mencontoh yang buruk

20

Bagai air didaun talas

2

telah rusak sama sekali

Senin, 08 Februari 2010

ULANGAN FORMATIF 2 SEMESTER II

(09 Februari 2010)

Bahan Belajar :
1. latihan soal 1
2. latihan soal 2
3. latihan soal bab 1 dan 2
Selamat belajar!


Jaga kesehatan!

Selasa, 02 Februari 2010

Soal-soal latihan Semester 2

Soal di bawah ini berformat gambar. cara mengambil klik tombol, setelah muncul gambar soal kecil, klik lagi gambar sampai muncul dalam bentuk gambar fullscreen. klik kanan dan pilih save image as dan pilih lokasi. soal siap di cetak.





About This Blog

Video Puisi

VIDEO MUSIK

  © Blogger template 'Tranquility' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP